Thursday, 21 May 2015

Cermin Untuk Kita Anak Tegalrejo Semarang

  

     Kali ini saya ingin para pembaca melihat sisi anak-anak Tegalrejo Semarang ini. Kita sudah biasa melihat wacana tentang politik, agama, rumah tangga, prostistusi dan masalah sosial lainnya. Kali ini saya ingin berbagi dengan pembaca semua. Mungkin kalian juga sudah biasa mengikuti aktivitas sosial di NGO( Non  Govermental Organization) atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Untuk kali ini saya bagian disalahsatu pilar PKBI Semarang yang dimana aktivitas yang kita buat bukan hanya untuk menanggani masalah sosial yang ada di Indonesia saja, tetapi juga ikut berpartisipasi di seluruh dunia seperti Japan,Eropa, Malaysia, Singapore dan negara-negara lainnya. Bukan hanya negara Indonesia saja yang penuh dengan masalah sosial, tetapi semua negara hampir mempunyai masalah sosial dinegaranya masing-masing. Sebelum kita menenggok ke negara lain alangkah baiknya jika kita bercemin dari diri sendiri. Terkadang saya pun berfikir, banyak orang hipokrit dinegara kita ini. Negara lain tertimpa bencana, semua orang ramai membicarakannya. Semua media sosial pun tidak ketinggalan pula. Begitulah negara kita. Padahal tidak harus jauh-jauh untuk menyalurkan bantuan sampai keujung negara. Dinegara kita saja banyak orang yang membutuhkan bantuan kita, tidak usah jauh-jauh sampai Jakarta juga yang katanya disana banyak orang terlantar, cukup Semarang kita lihat karna disini sekarang saya tinggal.
     Semarang, desa Tegalrejo namanya. Pemandangan yang mungkin akan mengernyitkan mata dan dahi bagi yang masih mempunyai "Naluri dan Nurani". Tidak heran Ibu Risma menutup tempat prostitusi tersebut. Saya pun akan melakukan demikian pula jika saya mempunyai wewenang, dan walaupun saya mempunyai wewenang mungkin saya tidak seberani Ibu Risma. Di desa Tegalrejo ini lah kami para volunteer menggadakan Short-Camp, agenda untuk anak-anak yang ada di desa Tegalrejo. Didesa ini kami membuat rumah belajar untuk anak-anak. Rumah yang mungkin ukurannya 2xluas kamar kos ini yang biasanya kami gunakan untuk mengajar dan berbagi untuk anak-anak ini. Mereka sering memanggil kita dengan nama "kakak Jepang". Rasanya aneh bukan kalau kita orang Indonesia dipanggil kakak Jepang, sangat aneh bagi telinga saya. Tidak perlu heran jika mereka memanggil sebutan itu, karna LSM ini memang digunakan sebagai pertukaran antara volunteer negara lain. Nah kebetulan desa ini sering diisi oleh orang Jepang. Lah kenapa orang Jepang? karna orang kita sendiri sibuk juga dinegara lain(sibuk dengan wacana lain: Red).
     Didesa ini saya dan teman-teman cukup heran dengan pemandangan yang mungkin "tidak biasa" kita lihat, mungkin seringnya kita membaca dari wacana yang ada tentang "prositusi". Disinilah kita Camping dua hari dua malam. Mungkin camping biasanya kita dengar dipegunungan dan alam terbuka. Kita camping didesa yang seharusnya memang tidak ada desa seperti ini. Didesa ini kita menyiapkan hari ulangtahun buat anak-anak. Anak-anak yang tidak tahu tanggal lahirnya kapan? anak-anak yang kebinggunggan untuk masuk sekolah dikarenakan tidak mempunyai akte kelahiran dan kartu keluarga. Anak yang sangat gembira diberi balon dan dibuatkan kue tart.Disini puluhan anak yang tidak tahu mereka lahir tanggal berapa, sehingga kami membagi menjadi dua kelompok kelahiran. Satu kelompok yang terdiri sekitar 50an anak kita buat hari kelahirannya dibulan Mei, dan satu kelompok lainnya kita buat dikelahiran September, ironis bukan. Keegoisan orangtua yang berdampak pada anak. Setiap bulan kami membuat event untuk mereka, dan dilain harinya biasanya kita melakukan pengawasan dan pencatatan perkembangan mereka. 

    
Para Tim Menyulap tempat seadanya agar lebih menarik

Lomba ditempat seadanya ( samping rumah orang)

Pembagian kue tart

Ciao Kak Bella



  Semoga masalah sosial ini bisa diatasi oleh pemerintah, karna dampak dari masalah ini cukup rumit, selain masa depan anak dan masih banyak dampak yang lainnya.